Sungguh nestapa hidup yang ku berikan untuk mu.
Tiada waktu tanpa api yang kau sulut
Meremukkan daun dan rantik demi nafsu buas mu.
Duhai engkau yang katanya membela,
Tidak ku dengar sedikitpun suara kasih dalam putusan.
Durjana ku terima tiap rona merah di wajah mu menyala.
Aku tak maksud buatmu marah, ku hanya sampaikan sebuah pesan.
Duhai senda gurau yang kini jadi tangis,
Kita lari terbirit-birit karena terguncang di sana sini
Orang tua meraung tanpa tarian, tanpa henti mengorek dan mengais
Anak kecil hilang akal dan tiada kawan menemani.