Dear you...
Bagaimana rasanya menjadi kepala rumah tangga selama lima bulan ini? Sulit kah? Bahagia kah? Aku tahu pasti sulit menjaga istrimu yang terlalu banyak maunya ini. Aku juga tahu pasti awan hitam selalu mengitari hatimu ketika melihat diriku terlalu sering bersedih. Maka paling tidak izinkanlah aku menulis surat ini agar dirimu merasa bahagia lagi.
Lima bulan sudah sejak pertama kali kamu mengecup keningku dengan rasa syukur dan kasih yang luar biasa. Menggenggam tanganku dengan lembut begitu tahu sudah halal aku bagimu dan halal kamu bagiku.
Tertawa adalah hal yang pertama kali ku lakukan sesaat setelah akad kau ucapkan. Aku masih di dalam ruangan, menunggu untuk dipanggil keluar. Suaramu dengan mantapnya menerima nikahku, tanpa ragu, tanpa pengulangan. Namaku yang begitu panjang dengan binti yang tak kalah panjangnya, tapi tak sedikitpun bibirmu terbata mengucapnya. Aku tertawa. Rasa haru menghangatkan dada ini, Malaikat berkumpul mengamini doa, para wanita mengoper tisu, terharu biru.
Dua tahun yang lalu, manalah ku tahu kalau Tuhan punya rahasia terindah untukku. Ia ternyata telah menyiapkan seseorang yang kelak akan membantuku memperbaiki hati yang nyaris hancur berkeping. Dalam waktu yang singkat itu kita dipertemukan. Tidak pernah sedikit pun hati dan pikiranku mengira bahwa kamu lah seseorang yang baik untukku itu. Kamu dan kebahagiaanmu saat itu dan aku yang mulai menyukai kehidupanku dengan pekerjaan serta gelar sarjana di depan mata. Berusaha keras membiayai Mama adalah prioritasku saat itu, dan Tuhan membuka jalan dengan sangat mudahnya.
Suatu hari di penghujung tahun itu, kamu datang di mimpiku. Memandangku dan tersenyum, tepat setelah aku berdoa kepada Tuhan "Jauhilah aku dari perasaan cinta ini kepadanya Wahai Sang pembolak-balik hati. Berilah petunjuk kepada hambaMu yang lemah ini!". Dan kamu datangi mimpi ku selama tiga hari sebagai jawaban dari Yang Maha Kuasa. MenurutNya, aku sudah siap untuk diberi kejutan yang lain dan inilah saatnya aku memiliki prioritas baru.
Sampai saat ini aku masih kagum dengan cara kerja Tuhan mempertemukan kita. Skenarionya terlalu indah, bahkan untuk dituliskan kembali. Tak terhingga tetesan air mata yang mengalir di pipiku sampai kamu berlutut dan memintaku untuk menjadi teman hidupmu. Those tears were worth it because it turned out to be a very happy ending for us.
Kamu adalah suami terbaik yang bisa orang bayangkan. Perkataanmu selalu halus kepadaku, tidak pernah ada cacian, tidak ada bentakkan, pandangan mata mu tak pernah tidak lembut walau sedang bertengkar. Banyak hal baik yang kamu ajarkan kepadaku hingga perlahan mengubah diriku menjadi pribadi yang lebih baik. Terkadang aku masih berfikir, pantas kah aku ini menjadi istrimu? Ketika aku membuatmu bersedih, hati ini pun merasa kacau....takut engkau menyesal menikahiku. Kebaikan apa yang pernah ku buat hingga Tuhan menjadikan mu teman hidupku?
Terima kasih atas segala kebaikan yang kucurahkan kepadaku duhai Suami. Terima kasih atas warna yang telah kau berikan dalam hidupku. Cintamu adalah berkah untukku dan semoga it'll last till death do us apart. Maafkan kebodohan istrimu yang kerap kali membuatmu susah. Maafkan air mata istrimu yang selalu tumpah saat merindukanmu.
Aku tahu tidak ada yang abadi di dunia ini, semua sudah dituliskan. Dilahirkan, ditemukan dan dipisahkan. Tapi paling tidak, mari kita nikmati pertemuan kita sampai waktu yang telah ditentukan olehNya.
I'm in love with you, everyday.
Love,
Your one true weirdo wife
Post a Comment