Tahun 2010 menjadi waktu bersejarah bagi saya dan keluarga karena kami akhirnya memasang tv kabel hingga menumpang nonton TLC/AFC tak lagi harus berjubel di rumah saudara yang lebih kaya. Dengan paket tv murah, saya dan Ibu mulai ketagihan menonton acara-acara masak baru yang isinya tak lagi Ibu Siska atau Mas Rudy.
“Ganteng banget itu
chefnya!” Ujar saya dalam hati
saat mata terpaku di hadapan tv 30inch yang dibeli dari hasil uang pernikahan
kakak.
Jamie Oliver the Naked
Chef dan saat itu pula
daftar koki favorit saya bertambah. Di luar koki Indonesia saya tentu saja
hanya mengenal Gordon Ramsay, well who doesn't? Saya ingat betul kala
pertama menonton acara Jamie Oliver, Ia sedang menunjukkan bagaimana caranya
memanggang daging kambing. “Orang Indonesia mah jago nih mengolah kambing! Gampang pasti!” Pikir saya.
Malu benar saya
dibuatnya ketika Jamie Oliver menunjukkan cara yang luar biasa asing hingga
meneror pikiran saya. Daging kambing harus dilumuri berbagai minyak zaitun,
rempah, garam dan lada hitam, didiamkan lalu dipanggang sebentar di atas pan
panas bersama mentega dan bawang putih lalu dipanggang dalam oven selama
beberapa waktu. WOW!!!!!! Selama ini saya hanya tahu kambing disate atau
direbus hingga menjadi sop, kesukaan (alm) Bapak. Jadi kambing bisa dibuat
kayak steak gitu yah? Norak betul!!!Sudahlah baru punya tv kabel, baru tahu
pula cara memanggang kambing. Namun tak apalah, lebih baik belajar sedikit demi
sedikit, toh itu niat saya belajar tentang dunia boga.
List koki favorit saya
bertambah dan suatu hari tv menayangkan program masak Donna Hay, seorang chef
dan pengusaha asal Australia. Donna Hay menyihir saya dengan resep-resep
mudahnya. Saya pernah mencoba Frozen Yogurt yang ternyata hanya berupa campuran
plain yogurt, frozen mango and banana lalu diblender dan didiamkan
semalaman. That bastard was so
delicious I made a declaration to eat it till the day I die but that for sure
won't happen. Unless I wanna die with diabetes.
|
Yang kembali membuat
mata saya mengerling bak baju barbie palsu adalah resep Pavlova. What the hell was that? Dengan laptop super besar dan
koneksi internet seadanya, saya mulai mencari arti Pavlova. Wikipedia
menuliskan bahwa Pavlova adalah hidangan penutup yang namanya diambil dari nama
seorang Ballerina asal Russia “Anna Pavlova”. Pavlova merupakan hidangan berbasis telur putih yang dikocok
kaku bersama gula, zat asam lalu dipanggang dan dihiasi dengan krim
kental/buah.
“Menarik” pikir saya.
Ibu yang kebetulan juga tertarik dengan dessert bak marshmallow ini pun
mengajak saya untuk berbelanja telur dan mencobanya.
Jika bisa berlebihan,
maka saya akan bilang sudah ratusan telur kami pecahkan, kuning dan putih
dipisahkan, memanggang namun setelahnya tak sudi memakan. Yeap siapa sudi
memakan putih telur setengah gosong yang merata dengan loyang? Ibu dan saya akhirnya
menyerah. Ntah apa yang salah karena langkah demi langkah sudah dilakukan.
Delapan tahun kemudian
saya memberanikan diri untuk kembali mencoba membuat pavlova setelah puluhan
resep saya baca dan pelajari. Pilihan jatuh pada resep Zoebakes,
seorang pastry chef dan food instagramer asal Amerika yang gemar
memberi resep berikut step by stepnya melalui Instagram Story. What a great way to help amateurs.
Mangkuk stainless
steel telah dibersihkan, mixer mengilap tak bercela, bahan-bahan berjajar
bak prajurit hendak berperang. It's time!
Pavlova dipanggang dengan
api besar selama setengah jam lalu api perlahan dikecilkan dan biarkan sang
putih telur membentuk cangkang baru bertekstur renyah selama 45 menit
berikutnya.
Proses membuat Pavlova
tak hanya menyita waktu (apalagi kita harus mendiamkannya di oven panas yang
sudah dimatikan apinya selama satu jam setelah selesai dipanggang) tapi juga
tenaga. Untunglah matahari belum sempat tenggelam setelah Pavlova selesai. Foto
yang bagus masih mungkin masih bisa saya dapatkan walau jam terus bergeser.
Pavlova pun terlihat
cantik dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari seharusnya. Kesalahannya
adalah, saya terlalu besar membentuk lingkaran di atas kertas panggang. Karena putih
telur akan melebar dan lebih cepat mengering saat dipanggang. Lesson learned!!!
Krim kental sudah
dikocok kaku dengan gula bubuk, dadih lemon berwarna kuning mengilap sudah
jadi, buah-buahan segar pun sudah kering setelah dibersihkan. Inilah saatnya
menghias!! Tentu saya tak terlalu menyukai kegiatan mempercantik ini, tapi apa
bagusnya pavlova raksasa tanpa hiasan?
Saya mulai dengan
meratakan krim kental di tengah kawah meringue, lalu dadih lemon barulah
buah-buahan berupa berries!
Air mata jatuh dari
ujung mata. Akhirnya saya bisa membuat hidangan penutup gila ini! Membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk mempelajari kesalahan dan mengemas tekniknya. Belum
lagi alat serta bahan yang tak kalah krusialnya dalam pembuatan Pavlova.
“Krak!”
Belum selesai saya
berpuas diri, kawah krispi meringue di tengah itu jebol, bak plafon kamar saya
yang menyedihkan. Bedanya Pavlova ini masih tetap terlihat menggiurkan dan
kamar saya tentu saja tidak secantik ini.
Benar kata Donna Hay,
jangan terlalu banyak menghiasi Pavlova mu dengan bahan yang memberatkan. Krim
kental kocok plus dadih lemon memang perpaduan roller coaster di lidah
dan kilap bintang di mata. Namun jika menumpuknya dengan takaran yang tidak
proposional seperti yang saya lakukan, you'll face a disaster.
Ah well, saya masih bertekad untuk mencicipinya.
TBH, saya tahu tekstur meringue tapi tidak pernah
betul-betul mencoba Pavlova. Ekspektasi tekstur renyah yang siap membanjiri
rongga mulut dengan saliva dari dinding kanan kiri ketika Pavlova menyentuh
gigi harus saya telan bulat-bulat begitu merasakan “marshmallowy-texture”
instead of crunchiness.
Pavlova bukanlah
hidangan yang tepat untuk pasien penderita diabetes karena rasanya betul-betul
manis! Krim kental, dadih lemon dan buah-buahan berhasil sedikit memudarkan
rasa manis yang membludak.
Ternyata Pavlova mirip
dengan torched meringue di atas lemon pie. Awalnya saya sempat berjengit
karena merasa seperti sedang memakan telur putih mentah yang tentu saja tidak
betul!
Sempat mencari tahu di
internet apakah kita bisa mengurangi kadar gula dalam Pavlova dan sayangnya
tidak bisa. Mengurangi pemakaian gula dalam Pavlova justru merusak tekstur dan
tidak akan menghasilkan meringue yang mengilap.
Yah paling tidak saya
sudah mencoba. Saya senang dengan hasilnya walau harus sabar. Saya juga
memahami kerapuhan. Tidak ada yang sanggup menahan beban berat sendiri walau
nampaknya terasa ringan. Tak menyangka saya akan mempelajarinya dari sepiring
Pavlova.
Ps : Untuk resep, silakan
klik di sini!
Love,
Allysa