“Kata orang waktu akan menyembuhkan semua luka, namun duka tidak semudah itu bisa terobati oleh waktu.” - Anya
Penggalan kalimat yang ada di bab 10 dalam novel “Critical Eleven” karya Ika Natassa di atas menurut saya merupakan intisari dari novel dengan 344 halaman ini. Anya adalah seorang wanita karir yang mau tak mau harus memaksakan diri untuk jatuh cinta dengan penerbangan karena tuntutan pekerjaan. Ia membenci harus menyerahkan nasibnya kepada seseorang sementara terombang-ambing di atas pesawat, tak bisa melarikan diri. Hanya bandara lah yang ia sukai, karena dengan berdiri di sana memegang selembar tiket pesawat, Anya merasa akhirnya memiliki tujuan walau harus menjalani hidup dengan usia nyaris 30 tanpa teman hidup dan sebagainya. Hanya Anya, karir, bandara dan selembar tiket. Menurutnya sudah sempurna tanpa perlu apapun lagi.
Sampai akhirnya Anya pun jatuh cinta dengan seorang pria yang ia temui di atas pesawat bernama Ale, another workaholic person, terlihat cocok dengan Anya dan untuk sementara ia lupa akan kebenciannya terhadap penerbangan. Anya dan Ale pun menikah, menjalani long distance marriage dan segalanya nampak terasa bahagia ditambah dengan Anya yang mengandung anak pertama mereka. Kembali dengan another story that hit my gutts, Ika Natassa lagi-lagi mengusik kebahagiaan karakter dan tentu saja pembacanya. Kali ini ia berhasil menampar saya dengan menggugurkan kandungan Anya dan membuatnya menjadi inti permasalahan dalam novel ini.
Dua sudut pandang berebut menceritakan kisah kehidupan dua insan, Anya dan Ale. Membaca novel ini benar-benar membuat otak tak hentinya meracau karena kedua sudut pandang merasa benar, seakaan menuntut pembaca untuk memihak pada satu tokoh saja. Seratus persen ciri khas Ika Natassa.
Critical Eleven juga memaksa para pembaca (terutama saya) untuk berfikir lebih dalam lagi bahwa luka dan duka adalah dua hal yang sangat berbeda. Luka hanyalah sebongkah daging merah yang bisa menutup dan hilang rasa pedihnya seiring dengan berjalannya waktu, namun tidak dengan duka. Duka selalu melubangi hati dan tidak akan mudah untuk ditutup atau diobati, bahkan waktu tak akan pernah bisa menghapusnya. Kurang lebih begitu lah yang saya tangkap dari cerita ini.
Yang saya suka dari novel ini adalah alur ceritanya yang bercampur. Kadang maju sekali kadang mundur sekali. Pembaca benar-benar dibuat penasaran dengan cerita kehidupan kedua tokoh yang kerap kali meloncat-loncat. Novel dengan alur macam ini biasanya membuat saya kebingungan, tapi Ika Natassa benar-benar hebat karena membuat ceritanya semudah memahami bahwa Indomie itu lezat.
Tahun depan Critical Eleven akan naik ke layar lebar dan sepengetahuan saya, syutingnya pun sudah berjalan. Aktor yang memerankan tokoh-tokoh di dalam novel tentu saja tidak saya duga-duga. Reza Rahadian sebagai Ale dan Adinia Wirasati sebagai Anya.
Jujur saya kurang sreg dengan Reza Rahadian, entah mungkin karena saya sudah terlalu sering melihat penampilannya yang selalu menghiasi layar kaca dan lebar atau memang sudah terpatri di dalam otak bahwa Ale versi saya (yang tentunya berdasarkan deskripsi buku) sungguh berbeda dengan mas Reza. Bukan berarti saya tidak menyukainya, mas Reza adalah seorang aktor yang luar biasa. Bahkan saya selalu bertepuk tangan ketika menonton semua film yang dibintangi oleh beliau. Hanya saja seperti yang saya sebutkan sebelumnya, sosok Ale dalam benak saya betul-betul berbeda.
Namun saya hanyalah seorang penikmat amatir, selera saya tak lantas membuat saya tak mau menonton film besutan Monty Tiwa dan Robert Ronny ini. Justru saya semakin dibuat penasaran dengan usaha keras para aktor dalam menghidupkan karakter novel Critical Eleven. Saya tidak berharap banyak, bukan berarti saya apatis. Saya hanya ingin menghayati kisah cinta Anya dan Ale secara nyata tanpa lagi harus membayangkan adegan Ale menggendong Anya ke lantai 11 di New York. Ah, jangan lupa masukkan scene itu yah…..saya tidak bisa menghapus adegan itu dari imajinasi saya setelah membacanya~
Sukses selalu Critical Eleven!
Judul : Critical Eleven
Pengarang : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Agustus 2015
Tebal : 344 halaman
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Cover : Softcover
ISBN : 978-602-03-1892-9
Post a Comment