SOCIAL MEDIA

Friday, June 23, 2017

Ramadhan, Perjalanan Melunakkan Hati

"Those who have believed, and whose hearts are assured by the remembrance of Allah. Unquestionably by the remembrance of Allah are hearts assured." [Quran 13: 28]


Dalam hitungan hari, umat Muslim di seluruh pelosok dunia akan bersama-sama berlari menuju hari kemenangan. Hari dimana insan bagai terlahir kembali layaknya bayi kecil. Putih, suci, telanjang, tanpa dosa. Waktu berlalu begitu cepat, padahal nampaknya baru beberapa waktu lalu saya tersentak di suatu sore sebelum Ramadhan ketika mendengar lagu "Tombo Ati" dari Opick.


Ramadhan tahun ini begitu spesial bagi saya. Saya tidak lagi "jomblo" walaupun harus menjalankan puasa secara terpisah dengan suami. Saya bertemu banyak orang baru yang begitu baik dan bersih hatinya. Ibadah yang lebih intens, dan yang paling spesial adalah...Ramadhan tahun ini benar-benar merupakan sebuah perjalanan untuk melunakkan hati saya.

Ramadhan, Perjalanan Melunakkan Hati
Sumber: Pinterest





Allah telah begitu baik kepada saya sepanjang hidup. Ia menutupi aib saya, Ia memberi saya banyak kesempatan untuk bertaubat, Ia mempertemukan saya dengan jodoh yang baik walau kekurangan saya begitu banyak, Ia memberi harapan di hati saya saat kesedihan dan depresi melanda, dan Ia-lah yang membantu saya mengurangi kebencian dalam hati kepada siapapun dan apapun. Dosa bagai butiran debu di padang pasir, namun Allah tidak pernah sekalipun membiarkan saya sendiri. Selalu ada cara untuk kembali kepadaNya dalam berbagai keadaan.


"Obat hati, ada lima perkaranya..." Salah satu bait legendaris dari lagu "Tombo Ati" yang menggetarkan hati saya ini benar-benar sebuah pengingat bagi kita semua. Pengingat bahwa Menjadi seorang Muslim yang baik itu sebenarnya sangatlah sederhana. Turuti perintah Allah dan jauhilah laranganNya. Sederhanaaa sekali namun sulit untuk dikerjakan jika memang tak cukup kuat Nawaitu-nya.


Semua ibadah yang kita laksanakan bermuara di hati. Jika ibadah dilakukan dengan niat yang tulus semata-mata untuk Allah Swt, perlahan hati akan terobati dari kepalsuan dunia. Tentu saja tidak langsung hati bersih dari sedikit rasa iri, cemburu, sakit, amarah dan sebagainya. Namun paling tidak frekuensi munculnya penyakit-penyakit tersebut berkurang cukup drastis.

Hati yang terobati akan menjadikannya lunak. Dari hati yang lunak itulah Allah memasukkan NUR ke dalamnya sehingga yang terpancar hanyalah kelembutan, kasih sayang serta cinta yang luar biasa terhadap apapun. Menurut saya tahapannya seperti itu, tapi semua Wallahualam. Hanya Allah yang tahu bagaimana prosesnya, saya hanya menuliskan berdasarkan pengalaman serta observasi kecil-kecilan.


Permasalahannya terhadap kebanyakan manusia saat ini adalah, sudah sampai pada tahap manakah proses pengobatan hatinya? Karena nampaknya kehidupan kita sedang dikelilingi oleh amarah, kebencian, fitnah dan sebagainya. Suatu kaum membenci suatu kaum. Yang ini memfitnah yang itu. Pihak ini merasa paling benar hingga mengunci mata, telinga dan hatinya untuk kebenaran yang hakiki. Ada kelompok yang merusak, membunuh dan menebar ketakutan. Berani-beraninya kita sebagai manusia yang sebenarnya sangat lemah dan hina bisa menciptakan "penyakit hati" dengan efek yang sangat dahsyat?


Sebelum memasuki bulan Ramadhan tahun ini, saya sempat kebingungan dan bersedih dengan kebencian yang mengikat bagai tali tambang. "Ya Allah, begini kah harusnya kami sebagai manusia berlaku?" itu yang terus saya pertanyakan kepadaNya. Ada yang persahabatannya menjadi pecah karena berbeda pendapat, ada yang keluarganya saling membenci karena tak sama pilihannya. Ada yang tak mau men-shalatkan jika memilih pemimpin yang tak sama. Dan tentunya berbagai fitnah tersebar luas di media sosial.


Saya merasa depresi karena tak kuat mendengar, melihat, membaca dan merasakan besarnya kebencian yang ada di sekitar saya. Bingung, mana yang benar? Hingga akhirnya hati saya pun menumbuhkan tunas benci pada para penebar kebencian. Benciception mungkin, namun benar begitulah yang saya rasakan.


Allah SWT seakan tak ingin saya berhenti di awal proses pengobatan hati. Ia mengirimkan banyak sekali tanda dan membantu saya kembali ke jalanNya melalui berbagai perantara. Salah satu perantaranya adalah suami yang selalu mengingatkan dan mengajari saya perihal agama. Memasuki bulan Ramadhan, perlahan-lahan saya mulai mengonsumsi berbagai obat hati. Efeknya sangat dahsyat. Belum 100% mengubah beberapa bad habit saya, tapi yang jelas hati dan pikiran saya lebih sering berkompromi terlebih dahulu agar bisa bernalar dengan baik, menghasilkan aura positif, berhusnudzon kepada Allah dan manusia.


Selain melalui agama, saya juga mencoba obat hati lain yang diambil dari berbagai hal positif di luar sana. Berpikir lebih luas, membuka mata selebar mungkin. Melihat berbagai kemungkinan dan kebaikan yang tersebar di sekitar saya. Sungguh indah ketika Allah SWT memberikan nikmat seperti ini kepada kita. Dikosongkan hati dari noda benci hingga kita bisa melihat berbagai hal dari dua sudut pandang dan bisa memahaminya tanpa harus merasa paling benar.


"Obat hati ada lima perkaranya"...lima dasar yang akan menaikkan level manusia dalam berkehidupan. Inilah yang seharusnya kita lakukan selama ini untuk melunakkan hati. Tak hanya di bulan Ramadhan, tapi di bulan-bulan lain pula. Karena hati yang mengering akibat racun akan mudah dirusak, dan jika sudah rusak...segala yang berhubungan dengannya pun akan rusak.


Insya Allah, Ia akan selalu menjaga proses pengobatan hati kita semua. Hanya Allah SWT yang memberikan izin atas segala proses dan kejadian dalam kehidupan manusia, maka atas izinNya pula hati bisa melunak maupun mengeras.



23/06/2017

Love,



Allysa

Post a Comment